Labels

Saturday 2 June 2012

Hitam Putih Kepemimpinan Jokowi


Dimuat di Harian Bhirawa edisi 1 Juni 2012


Judul         : Jokowi, Dari Jualan Kursi Hingga Dua Kali Mendapat Kursi
Penulis      : Zainuddin HM
Penerbit     : Ufuk Press
Tahun        : 1, 2012
Tebal         : 152 halaman
Harga        : Rp39.900,-
ISBN         : 978-602-9346-65-7
Peresensi  : Muhammad Bagus Irawan
Pembaca buku asal Mantingan dan mahasiswa IAIN Walisongo Semarang

Siapa yang tak kenal sosok "Jokowi"?  belakangan namanya selalu menjadi buah bibir (dunia nyata dan virtual) dan menghiasi media massa nasional (koran, majalah, radio, televisi) sehubungan dengan langkah visioner menjadikan mobil Esemka karya anak SMKN 2 Surakarta sebagai mobil dinas barunya. Selain itu, ia juga menyokong penuh mobil Esemka untuk menjadi mobil nasional. "Kenapa saya mendeklarasikan pakai mobil Esemka untuk mobil dinas. Sebab, saya bangga dengan semangat anak-anak SMK itu. Saya harus menghargai karya mereka dan semangat memiliki mobil nasional harus ditumbuhkan lagi." Sontak saja, langkah 'nyeleneh' yang berani diambil Walikota Surakarta (dua periode, 2005-2015) ini mendapat tanggapan pro dan kontra. Mereka yang kontra mencemooh Jokowi hanya bersilat lidah dan cari popularitas belaka. Sampai-sampai gubernur Jawa Tengah pun turut mengingatkan tindakan Jokowi mengampanyekan mobil Esemka ini sebagai langkah 'sembrono'.



Jokowi pun menanggapinya dengan lapang bahwa gubernur tak usah khawatir karena mobil Esemka generasi 3 ini sudah berulang kali diperbaiki dan diuji coba untuk mencapai kesempurnaan produk. Walaupun sampai akhirnya pada tahap uji emisi mobil Esemka ini masih gagal. Namun Jokowi tak patah arang, ia tetap mendorong anak SMK untuk terus memacu semangat untuk berbenah dan memerbaiki lagi, hingga diuji emisi kembali sampai benar-benar laik jalan.



Dari sana, nama Jokowi pun meledak pesat di seantero negeri yang sedang ditimpa kemelut kompleks dan krisis pemimpin ideal. Tak ayal, kabar miring pun berhembus bahwa Jokowi merajut 'jalan terkenal' agar mampu bersaing untuk menapaki singgasana gubernur dalam Pilkada DKI Jakarta. Meski, Jokowi pun tak menampik dan akan menerima bila akan diajukan sebagai calon gubernur oleh partainya PDI P. Baginya, bila ia akan dicalonkan, semata diniati sebagai amanat dan tanggung jawab yang harus dilaksanakan demi kebaikan rakyat.
Sementara itu, banyak kalangan besar termasuk presiden SBY member apresiasi dan memuji langkah Jokowi yang yang dinilai progresif dan bijak. Ini menempatkan Jokowi sebagai figur pemimpin yang langka, out of the box, dan seharusnya diteladani seluruh pemimpin negeri ini dari daerah hingga pusat. Tak ayal, banyak masyarakat yang mengharapkan Jokowi menjadi presiden NKRI pada 2014 mendatang.

Lakon Jokowi



Barangkali, dibalik dua opini yang bertabrakan itu, patut dibaca siapakah sosok bernama lengkap Joko Widodo ini sebenarnya? Buku berjudul "Jokowi, Dari Jualan Kursi Hingga Dua Kali Mendapat Kursi" ini hadir mendedahkan hitam putih rekam jejak kehidupan Jokowi yang kekeh dan ala kadarnya. Lelaki kelahiran Surakarta 21 Juni 1961 ini sejatinya memiliki latar belakang keluarga sederhana dan bertanggung jawab pada pendidikan. Jokowi pun mampu menamatkan pendidikannya dan meraih gelar insinyur dari Fakultas Kehutanan UGM Yogyakarta tahun 1985.



Pada mulanya Jokowi merintis usaha mebel. Seiring berjalannya waktu, ia mampu mengembangkannya dan menjadi salah satu pengusaha mebel terbesar di Surakarta. Jokowi pun dikenal sebagai pebisnis dan
eksportir mebel, ia kerap mengikuti pameran mebel di kota-kota besar dunia. Namun, pada satu titik, Jokowi merasakan kegelisahan, ia terpanggil untuk turut memimpin Surakarta. Ia pun terjun serta dalam
pilkada Surakarta tahun 2005, dan diluar dugaan, ia menang. Tak pelak, pada mulanya sebagian warga Solo masih meragukan jalannya kepemimpinan Jokowi, melihat latar belakangnya yang pengusaha tulen itu. Namun secara bertahap Jokowi mampu mengentas keraguan rakyat dengan segudang program mutakhir yang diusungnya. 



Di sini Zainuddin mencatat bila dalam seluruh progamnya Jokowi bersandar pada asas kejujuran dan memanusiakan manusia. Walhasil, Jokowi berhasil menata ulang kota Surakarta yang ia labeli "Solo: The Spirit of Java". Solo kini menjadi 'Kota Hijau' yang memiliki banyak taman (Solo Citywalk), pusat wisata kuliner (Gladak Langen Bogan, Galabo), kemudian ia juga berhasil merelokasi PKL (yang dulunya semrawut di sepanjang kota) secara damai kedalam pasar malam yang cantik. Menyetarakan pasar dengan supermarket, mengatasi kemacetan dengan membangun sarana transportasi massal yang canggih, diantaranya Bus Bati Solo Trans (BST), Bus Tingkat Werkudara, dan yang teranyar adalah dioperasikannya Railbus yang diproduksi PT. Inka Madiun, dan masih banyak lagi karya yang ditorehkan.



Bila disimak, sejatinya kepemimpinan Jokowi ini merajuk pada gagasan Ki Hajar Dewantara "ing ngarsa sung tulada, ing madya mangun karso, tut wuri handayani". Seorang pemimpin harus bisa menjadi contoh bagi rakyatnya, juga harus istiqomah mendengarkan dan memerjuangkan suara rakyat menuju kesejahteraan bersama secara seimbang. Dalam kesehariannya sebagai walikota, Jokowi hanya menghabiskan 2-3 jam saja di kantor, sedang waktu lainnya dipergunakan untuk langsung terjun ke masyarakat. Bagi Jokowi, pemimpin itu abdi kawulo, dan harus terjun langsung ke bawah mendengar keluh kesah rakyat, untuk didialogkan bersama dan dicari jalan keluar terbaik untuk rakyat. Hal ini ia buktikan secara nyata dan istiqomah.


Ikhtiar penulisan ini tak lain ingin mengabadikan jejak kepemimpinan Jokowi yang benar-benar manusiawi. Zainuddin memandang Jokowi sebagai pemimpin yang dicintai rakyatnya, hal ini gambling terbukti saat ia memenangi kursi walikota kedua kalinya dengan suara terbesar 91%, tanpa kampanye (bisa dihitung Jokowi hanya bermodal memasang beberapa baliho saja). Ya, seperti itulah pemimpin yang sebenarnya, berpenampilan biasa saja, sederhana, berwibawa, bertanggung jawab, jujur dan tulus, bertindak dari hati nurani, memiliki integritas tinggi dan bekerja keras untuk menyejahterakan rakyatnya.


Terlepas dari kesekian bukti populis yang diwartakan Zainuddin, buku ini hadir sebagaimana mestinya, walaupun tak terlepas dari prasangka pencitraan dan dogma politis dibaliknya. Semoga saja Jokowi tetap lurus pada pedoman kepemimpinan yang sudah dijalankannya, dan akan lahir banyak Jokowi lainnya untuk mengangkat nasib bangsa dan negeri yang sedang terpuruk ini. Selamat membaca. ***

No comments:

Post a Comment

Silahkan Berpendapat