Labels

Friday 20 January 2012

Membumikan Kesadaran Siaga Bencana

Dimuat di Harian Pelita edisi Kamis 19 Januari 2012

http://www.pelitaonline.com/read-cetak/14017/membumikan-kesadaran-siaga-bencana/

Oleh Muhammad Bagus Irawan

Memasuki tahun 2012, Indonesia memiliki banyak pekerjaan rumah ihwal bencana. Dengan predikat “Negeri Supermarket Bencana”, sampai kapanpun bencana akan selalu mengancam 230 Juta lebih penduduk Indonesia. Di pulau Jawa saja, 120 juta orang tinggal di dalam bayang-bayang lebih dari 30 gunung berapi (National Geographic, 2010). Hal ini sesuai dengan hasil penelitian para ahli ilmu bumi dan vulkanologi, di mana secara geografis letak Indonesia berada pada lembah fire ring yang sangat rawan dengan munculnya bencana kuasa alam, semisal gempa bumi, erupsi gunung berapi, tsunami, tanah longsor, banjir, dan lainnya.

Catatan tahun 2011 menunjukkan lebih dari seribu peristiwa bencana mewarnai perjalanan Indonesia. Sebagian besar adalah banjir, kebakaran, dan puting beliung, yang semuanya terkait hidrometeorologi. Badan Nasional Penanggulangan Bencana (BNPB) mencatat, setidaknya telah terjadi 1.598 bencana, 75 persen di antaranya adalah hidrometeorologi dengan 403 kejadian banjir, 355 kebakaran dan 285 puting beliung. Mengakibatkan korban meninggal dan hilang 834 orang, dan 325.361 orang lainnya dilaporkan menderita dan harus mengungsi. Selain, juga menyebabkan kerugian material tak sedikit. Tercatat, 15.166 unit rumah penduduk rusak berat, 3.302 rusak sedang, dan 41.795 unit rusak ringan.

Mengutip Gatra.com (2/1/2012), menunjukkan prakiraan Japan Agency for Marine-Earth Science and Technology (Jamstec), National Oceanic and Atmospheric Administration (NOAA), Bureau of Meteorology (BoM), dan Badan Meteorologi, Klimatologi, dan Geofisika (BMKG) memprediksi, pada rentang Januari hingga Agustus, kondisi cuaca di berbagai wilayah Indonesia normal. Sedangkan, periode Agustus hingga Desember diprediksi terjadi kemarau agak basah. Setelah itu, diprediksi akan terjadi kemarau elnino. Selain bencana banjir, ancaman gunung api juga terus mengintai. Saat ini ada 127 gunung api aktif yang terus dipantau oleh Pusat Vulkanologi dan Mitigasi Bencana Geologi. Dari jumlah tersebut, 6 gunung berstatus siaga dan 18 waspada. Dengan ancaman bencana 2012 itu, maka upaya sosialisasi, kesiapsiagaan, gladi, dan peningkatan kapasitas Badan Penanggulangan Bencana Daerah (BPBD) serta masyakarat perlu terus-menerus dilakukan.

Selain bencana alam. Indonesia juga akan menghadapi bencana ulah manusia, semisal kejahatan mulai dari korupsi dan sebagainya, gagal teknologi, gagal modernisasi, epidemi, wabah penyakit, konflik, teror dan lainnya. Membincang korupsi di negeri ini seperti tak ada matinya, sebut saja Gayus, Nazaruddin, Nunun, dan lainnya, mereka adalah bagian kecil dalam labirin gunung es. Bencana sosial, kemiskinan dan pengangguran masih saja menghadang. Perilaku bencana ini terus hilir mudik tiada henti.

Mitigasi Bencana
Kesemuanya sudah menjadi keseharian yang menyakitkan dan mesti dicari mitigasinya, guna menanggulangi dan mengurai dampak bencana agar tak terlalu besar. Karena, bencana selalu akan terjadi terus menerus dan tak dapat dicegah, maka dengan timbulnya bencana haruslah dicari pula mitigasi yang tepat. Friedrich Nietzche mengatakan kunci keberhasilan bangsa ditentukan oleh komitmen menghidupkan dan menyalakan kata-kata menjadi kata kerja (tindakan nyata).

Istilah mitigasi sendiri diambil dari bahasa Inggris mitigation yang berarti adalah upaya yang dilakukan untuk mengurangi dampak bencana, baik secara fisik struktural melalui pembuatan bangunan-bangunan fisik, maupun non fisik-struktural melalui perundang-undangan dan pelatihan. Dalam Undang-Undang No 24 Tahun 2007 tentang Penanggulangan Bencana, dikenal pengertian dan beberapa istilah terkait dengan bencana. Bencana adalah peristiwa atau rangkaian peristiwa yang mengancam dan mengganggu kehidupan dan penghidupan masyarakat yang disebabkan, baik oleh faktor alam dan/atau faktor nonalam maupun faktor manusia sehingga mengakibatkan timbulnya korban jiwa manusia, kerusakan lingkungan, kerugian harta benda, dan dampak psikologis.

Di dalam al-Qur’an sendiri, kalau dicermati term bencana selalu diikuti dengan kata mitigasi yang diungkapkan Allah. Semisal saya menyitir kisah-kisah Nabi Allah yang terdapat bencana di dalamnya dan terdapat upaya kesiapsiagaan, mitigasi bencana, dan peringatan dini serta rehabilitasi dan rekonstruksi. Semoga menjadikan kita inspirasi dalam kesiapsiagaan dan upaya pengurangan risiko bencana ketimbang merenungi nasib dan panik. Secara garis besar, kisah Nabi Yusuf dalam mempersiapkan musim kering dan kelaparan yang akan terjadi dengan menyiapkan segala logistik selama tujuh tahun untuk musim kering selama tujuh tahun setelah adanya warning atau peringatan, merupakan contoh bahwa Allah menyuruh kita untuk memitigasi bencana dan bersiaga. [QS. Yusuf ayat 43 – 49]

Bagi pemerintah, program pengurangan risiko bencana dan membangun sikap siaga bencana itu harus terakomodir di dalam program-program pembangunan, seperti bidang pendidikan, sosial, kesehatan, dan infrastruktur. Pemerintah daerah juga harus mewujudkan visi selaras kelestarian lingkungan dalam kebijakan-kebijakan pembangunan oleh swasta. Kebutuhan akan investasi jangan sampai menisbikan visi yang sesungguhnya bagus. Kita sendiri sebagai masyarakat harus mampu mendorong terbentuknya komunitas siaga bencana dan sadar lingkungan. Nilai-nilai kearifan lokal, walaupun sederhana, sebisa mungkin diterapkan dalam aktivitas kehidupan. Kita juga jangan jemu mengaspirasikan, memantau atau mengawasi, bahkan bila perlu mengkritik hingga menggugat kebijakan pemerintah yang mengabaikan lingkungan. Inilah arti dan wujud sesungguhnya dari siaga bencana itu. Bukan cuma tercermin ketika bencana menimpa.

Sejatinya, berbagai produk hukum, inisiatif kegiatan dan pelaksanaan program dilakukan dalam upaya penguatan kapasitas masyarakat baik dari sisi pemerintah maupun masyarakat madani termasuk dunia usaha. Pada tahun 2010, Pemerintah meluncurkan Rencana Nasional Penanggulangan Bencana 2010-2014 serta Rencana Aksi Nasional Pengurangan Bencana 2010-2012 yang menjadi pegangan bagi para pemangku kepentingan dalam melaksanakan kegiatannya. Dan kebijakan itupun menyerap dana besar. Pastinya rakyat tak mau dicurangi, akan penyelewengan dana dengan agenda besar mitigasi bencana. Di sinilah perlunya kesadaran masyarakat ikut peduli bencana dan seluk-beluk dalam labirin anggaran besar di baliknya. Semoga. Wallahu’alam bisshawab.

Penulis adalah peneliti Idea Studies IAIN Walisongo Semarang.

No comments:

Post a Comment

Silahkan Berpendapat