Dimuat di Koran Jakarta edisi 5 Januari 2012
http://koran-jakarta.com/index.php/detail/view01/80085
Judul : Korupsi yang Memiskinkan
Editor : Maria Hartiningsih
Penerbit : Buku Kompas, Jakarta
Tahun : 1, September 2011
Tebal : xiv 370 halaman
Harga : Rp65.000
http://koran-jakarta.com/index.php/detail/view01/80085
Judul : Korupsi yang Memiskinkan
Editor : Maria Hartiningsih
Penerbit : Buku Kompas, Jakarta
Tahun : 1, September 2011
Tebal : xiv 370 halaman
Harga : Rp65.000
Tidak
dimungkiri, wajah Indonesia terkenal dengan korupsi yang memiskinkan
rakyatnya. Entah sindrom apa yang tengah menulari watak masyarakat kita
hingga tak bisa lepas dari jerat laku kotor itu. Di sini demi kuasa
sesaat, moral dan agama sama sekali tak bergerak. Buku Korupsi yang
Memiskinkan ini menempatkan ulasan mendalam ihwal korupsi dan
kemiskinan Indonesia.
Buku antologi hasil ejawantah
analisis pakar, seminar, dan sorotan harian Kompas ini mencoba mengurai
dan menelaah akar masalah dengan korelasi fakta koruptif yang
menggejala dan memiskinkan. Bisa dibenarkan dalam catatan Try Haryono,
miskin bukanlah kutukan. Kemiskinan juga bukan disebabkan mereka malas,
tak mau bekerja keras. Sebenarnya, masyarakat kita sudah memiliki etos
kerja kuat seperti yang ditunjukkan nenek moyang kita.
Secara
embrio, kemiskinan lebih bersifat multidimensi. Bila ditelaah,
kemiskinan di negeri ini lebih disebabkan karena faktor struktural yang
dibuat manusia, baik struktur ekonomi, sosial, politik, maupun budaya.
Mereka yang termiskinkan terkungkung dalam suatu lingkaran, dan
diistilahkan oleh pakar sebagai vicious circle of proverty (hlm 18).
Paradigma kebijakan yang salah kaprah telah menyulut pelbagai kebocoran
dan menyabotase hak-hak rakyat.
Dalam catatan Sri
Hartati, politik anggaran yang tak memihak orang miskin telah berurat
nadi. Bagaimana 40 persen lebih APBN kita terkuras belanja rutin
birokrasi yang ternyata tak mampu menjalankan fungsinya secara benar,
bahkan sering tersandung korupsi. Penguasa sebenarnya sadar dengan
permasalahan kemiskinan.
Di perdesaan lebih parah,
bagaimana sumber kehidupan masyarakat dirampas untuk kepentingan
pertambangan, perkebunan, transportasi, dan pelbagai insfrastruktur
yang semuanya memihak pemodal kuat. Nahasnya, mereka tampaknya
dipandang sebelah mata oleh penguasa. Ada kesan, akibat bencana
korupsi, pemiskinan seolah dijadikan aset dan harus dipertahankan.
Buku
ini terbagi ke dalam tiga bab besar, yakni "Kemiskinan dan Kebijakan
Publik", "Korupsi, Hukum dan Tata Kelola", dan "Rujukan". Selain itu,
buku ini diawali pengantar berjudul provokatif, "Korupsi, Pembusukan
Masif Kolektif" oleh Maria Hartiningsih. Di dalamnya dielaborasi
gagasan "solusi terbatas" yang berupa revitalisasi secara ketat dan
keras dengan prinsip-prinsip hidup bersama—mampu memaksa pejabat yang
melakukan pembohongan publik—berfungsi efektif.
Peresensi adalah Muhammad Bagus Irawan, aktivis Idea Studies IAIN Walisongo, Semarang.
No comments:
Post a Comment
Silahkan Berpendapat