Labels

Friday, 6 January 2012

Korupsi Memilukan Indonesia

Dimuat di Koran Jakarta edisi 5 Januari 2012
http://koran-jakarta.com/index.php/detail/view01/80085

Judul : Korupsi yang Memiskinkan
Editor : Maria Hartiningsih
Penerbit : Buku Kompas, Jakarta
Tahun : 1, September 2011
Tebal : xiv 370 halaman
Harga : Rp65.000


Tidak dimungkiri, wajah Indonesia terkenal dengan korupsi yang memiskinkan rakyatnya. Entah sindrom apa yang tengah menulari watak masyarakat kita hingga tak bisa lepas dari jerat laku kotor itu. Di sini demi kuasa sesaat, moral dan agama sama sekali tak bergerak. Buku Korupsi yang Memiskinkan ini menempatkan ulasan mendalam ihwal korupsi dan kemiskinan Indonesia.

Buku antologi hasil ejawantah analisis pakar, seminar, dan sorotan harian Kompas ini mencoba mengurai dan menelaah akar masalah dengan korelasi fakta koruptif yang menggejala dan memiskinkan. Bisa dibenarkan dalam catatan Try Haryono, miskin bukanlah kutukan. Kemiskinan juga bukan disebabkan mereka malas, tak mau bekerja keras. Sebenarnya, masyarakat kita sudah memiliki etos kerja kuat seperti yang ditunjukkan nenek moyang kita.

Secara embrio, kemiskinan lebih bersifat multidimensi. Bila ditelaah, kemiskinan di negeri ini lebih disebabkan karena faktor struktural yang dibuat manusia, baik struktur ekonomi, sosial, politik, maupun budaya. Mereka yang termiskinkan terkungkung dalam suatu lingkaran, dan diistilahkan oleh pakar sebagai vicious circle of proverty (hlm 18). Paradigma kebijakan yang salah kaprah telah menyulut pelbagai kebocoran dan menyabotase hak-hak rakyat.

Dalam catatan Sri Hartati, politik anggaran yang tak memihak orang miskin telah berurat nadi. Bagaimana 40 persen lebih APBN kita terkuras belanja rutin birokrasi yang ternyata tak mampu menjalankan fungsinya secara benar, bahkan sering tersandung korupsi. Penguasa sebenarnya sadar dengan permasalahan kemiskinan.

Di perdesaan lebih parah, bagaimana sumber kehidupan masyarakat dirampas untuk kepentingan pertambangan, perkebunan, transportasi, dan pelbagai insfrastruktur yang semuanya memihak pemodal kuat. Nahasnya, mereka tampaknya dipandang sebelah mata oleh penguasa. Ada kesan, akibat bencana korupsi, pemiskinan seolah dijadikan aset dan harus dipertahankan.

Buku ini terbagi ke dalam tiga bab besar, yakni "Kemiskinan dan Kebijakan Publik", "Korupsi, Hukum dan Tata Kelola", dan "Rujukan". Selain itu, buku ini diawali pengantar berjudul provokatif, "Korupsi, Pembusukan Masif Kolektif" oleh Maria Hartiningsih. Di dalamnya dielaborasi gagasan "solusi terbatas" yang berupa revitalisasi secara ketat dan keras dengan prinsip-prinsip hidup bersama—mampu memaksa pejabat yang melakukan pembohongan publik—berfungsi efektif.

Peresensi adalah Muhammad Bagus Irawan, aktivis Idea Studies IAIN Walisongo, Semarang.




No comments:

Post a Comment

Silahkan Berpendapat