Labels

Monday 23 July 2012

Membincang Liberalisme Islam Indonesia


Resensi dimuat di Harian Bhirawa edisi 20 Juli 2012

Judul Buku : Quo Vadis Liberalisme Islam Indonesia
Penulis  : Halid Alkaf
Penerbit : Buku Kompas, Jakarta
Tahun  : 1, Desember 2011
Tebal  : xxviii + 364 halaman
Harga  : Rp68.000,-
ISBN  : 978-979-709-614-4

Perbincangan Islam Liberal selalu ramai menuai hilir mudik pemikiran, apakah itu pro maupun kontra. sejatinya, pemikiran liberalisme atapun pembaruan Islam di Indonesia memiliki sejarah dan kronologi yang panjang. Genelalogi gerakan pembaruan Islam dimulai pada dekade 1920-an, di mana wawasan Islam dan kebangsaan mencuat. Tema-tema yang dibahas kala itu seputar kekejian imperialisme dan kolonialisme, kemudian berkembang pasca kemerdekaan, ihwal tipologi ideologi dasar Negara Pancasila.

Selanjutnya pada masa 1970-an hingga 1990-an, di bawah kuasa Orde Baru. Gerakan Islam Liberal membahas sekuralisasi, rasionalisasi, modernisasi, demokratisasi, budaya populer, dan lainnya. Dilanjutkan pada masa pasca reformasi, munculnya JIL (Jaringan Islam Liberal) pada tahun 2001 menjadi pelopor gerakan liberal yang melembaga. Masa JIL ini, Islam Liberal menggema di Indonesia, seiring  munculnya argumentasi “nyeleneh” dari awak JIL yang dikirimkan ke media massa. Puncaknya, fatwa MUI yang menyatakan JIL haram.
Para penentang ini juga berspekulasi bila muasal ideologi islam liberal itu adalah program Amerika, dan JIL sebagai antek yang dibiayai Amerika. Di mana, ada kucuran dana besar dari Amerika untuk merealisasikan agenda liberalisme islam di Indoensia. Terlepas dari dugaan dan kecaman itu, islam liberal telah menjadi bahan studi dan penelitian yang menarik di Indonesia. Banyak skripsi, tesis, dan disertasi yang mengurai konsistensi islam liberal, termasuk buku berjudul “Quo Vadis Liberalisme Islam Indonesia”. Buku yang diangkat dari disertasi Halid Alkaf ini mengurai ketergesaan semangat liberalisme islam di Indonesia.
Halid ALkaf menyoroti keunikan liberalisme Islam di Indonesia yang tak menafikan khazanah tradisi lokal, termasuk doktrin agama di dalamnya. Walhasil, tipologi gerakan liberal berbeda-beda, semisal mainstream; “modernisme ortodok” yang digaungkan Harun Nasution dan Munawir Sjadzali, “neomodernisme” yang dianut Nurcholis Madjid, “neotradisionalisme” yang dipegangi Abdurrahman Wahid, dan “rasionalisme-radikal” yang dipakai Ahmad Wahib dan Ulil Abshar. Kesemuanya menjadi rona yang apik, membangun budaya argumentatif beraneka ragam menafsiri permasalahan bangsa dan Negara terkini.

Walaupun gerakan Islam Liberal selama ini belum mampu membangun pendekatan persuasif dan strategi yang efektif agar diterima seluruh kalangan. Sampai saat ini, keterlibatan Islam Liberal di Indonesia cukup signifikan menjawab tantangan globalisasi zaman. Tak ayal, dalam buku ini Halid memandang ihwal liberalisme Islam yang akan berkembang pesat di tahun mendatang. Asumsinya, pertama, masyarakat muslim Indonesia akan lebih rasional dan obyektif menyikapi pelbagai fenomena keagamaan. Kedua, proses modernisasi dan rasionalisasi berbanding lurus dengan perkembangan sekularistik. ketiga, mencuatnya kesadaran bahwa telaah liberal juga bermanfaat bagi perkembangan peradaban manusia. Dan terakhir, agar tak kalah saing dengan ilmu pengetahuan dan peradaban modern, titah dan nilai agama harus ditafsiri secara subtantif, kontekstual, dan rasional. Sumbu-sumbu itulah yang akan memajukan proses liberalisme Islam di bumi pertiwi.

Secara artikulasi, dengan pedoman islam shohih li kulli zaman wa makan, Khazanah islam liberal memang berusaha menerobos cakrawala turats islam, menjadikannya lebih ringan dan fleksibel disertai basis pemikiran kekinian. Walhasil, kehadiran islam liberal sendiri guna mengawal islam sesuai perkembangan zaman. Di Indonesia JIL, sebagai bentu dari Islam Liberal banyak menuai dukungan dan hujatan. Terlepas, dari semua itu, seharusnya umat Islam tak sembarangan menghina sesama muslim lainnya, harus ada dialog konstruktif dengan pikiran dingin. Untuk mencapai kemaslahatan bersama. Islam adalah damai, dan berislam dengan segala rupanya, seharusnya menjadikan kehidupan dinamis dan harmonis.

Ikhtiar buku ini hendak memetakan arah perjuangan liberalism Islam Indonesia. Penulis berusaha menganalisa selubung besar Islam Liberal Indonesia dalam runut sejarah dan dinamisasi pergerakannya. Buku ini cocok dibahas siapa saja yang tertarik meneliti Islam Liberal. Selamat membaca.

Muhammad Bagus Irawan, aktivis Idea Studies Fakultas Ushuluddin IAIN Walisongo Semarang.

No comments:

Post a Comment

Silahkan Berpendapat