Resensi dimuat di Harian Bhirawa edisi Jum'at 13 Juli 2012
Judul Buku : Merancang Bangun Sistem Keselamatan Rakyat
Penyunting : IshakSalim dan Lubabun Ni'am
Penerbit : InsistPress
Tahun : 1, Mei 2012
Tebal : ii + 101 halaman
Harga : Rp 30.000,-
ISBN : 602-8384-49-6
Peresensi :Muhammad Bagus Irawan, Pembaca buku asal Jepara
Kehadiran bencana selalu menampilkan kompilasi yang tidak menyenangkan. Di sana ada bayang duka, kesedihan, kehilangan dan sederet kerugian bagi siapa saja yang tertimpa. Bencana juga menawarkan pergulatan bagi manusia. Darinya, pantas bila sejarah manusia selalu mencoba meraba, mengamati, dan mengkajinya menjadi suatu kerangka siklus kultural yang bisa dihindari dan diwaspadai kedatangannya. Namun, ketika murka bencana sudah tak terbendung lagi, alam pun menerima menjadi bias kepasrahan. Keadaan ini memang sudah menjadi keniscayaan dari Tuhan, seperti pesan yang termaktub dalam QS. Al-Baqarah 155.
Menilik keadaan negeri Indonesia , sejatinya secara geografis Nusantara terletak di lembah cincin api yang rawan bencana, tak heran bila dalam National Geographic Volcano 2010 dinyatakan; "Di pulau Jawa saja, 120 juta orang tinggal di dalam bayang-bayang lebih dari 30 gunung berapi". Sungguh menjadi asupan jempol bagaimana mirisnya hidup di alam Indonesia yang juga terkenal sebagai negeri gemah ripah loh jinawi. Sebelumnya sudah ada buku setema berjudul "Bencana Mengancam Indonesia" yang hadir bukan untuk menakuti bangsa Indonesia, namun, menjadi bekal kompas yang memandu kita agar lebih peka terhadap kedatangan setiap bencana. Dari buku ini kita diajak agar lebih siap menyikapi bencana yang mengancam Indonesia bukanlah bencana biasa.
Hadirnya buku berjudul "Merancang Bangun Sistem Keselamatan Rakyat" ini seakan membawa "harapan baru", pencegahan dan penyelamatan diri dan lingkungan dari gejolak bencana. Juga memaparkan pelbagai bentuk bencana alam dan bencana anthropogene (bencana akibat kinerja manusia), disertai tanda-tanda awal sebelum terjadinya bencana alam. Buku ini menandakan pengalaman untuk menangkas kehadiran bencana berlarut-larut.
Buku ini mengelaborasikan pemahaman mengurus bencana berarti juga mengurus banyak hal yang terkait dengan kesejahteraan rakyat. Buku ini cukup komprehensif didukung dengan data dan pengalaman menangani bencana di lima kabupaten. Di sini, perspektif bencana tak melulu dipandang dengan mengorbankan kehidupan rakyat. Namun, lebih penting lagi dengan usaha menyelamatkan kehidupan rakyat. Dengan deskripsi ini, rakyat mendapat posisi luhur yang wajib ditolong oleh siapapun, tentunya hal ini dilakukan dengan semangat kepedulian social dan jiwa filantropis dan altruistik.
Membaca buku ini, seakan terlihat upaya Ishak Salim mengajak pembaca untuk selalu waspada dan peka terhadap gejala-gejala bencana alam. Hal tersebut penting untuk meminimalisasi bertimbunya korban kedahsyatan amukan alam itu. Dengan bingkai steorotip yang khas, penulis menyoroti ihwal fakta burung ihwal konteks penanganan problem bencana alam. bahwa, selama ini, para ilmuwan dan ahli masih banyak kendala dalam mengaplikasikan teori-teori terkait bagaimana cara menanggulangi gempa secara komprehensif dan tepat sasaran. Disinggung, bagaimana masyarakat harus peka dan respek terhadap tanda-tanda bencana alam, dan sepatutnya selalu berkaca pada pengalaman empirik dan peringatan dini.
Selanjutnya, bencana secara konvensional akan selalu menjadi bayang-bayang kelabu-siap menerkam kapan dan dimana saja. Selanjutnya, juga dielaborasikan pendekatan integratif dan holistik dalam menangani bencana alam. Dalam pelaksanaannya, penanganan bencana mengharuskan penyelarasan semua sektor pelayanan sosial dasar dari mata pencaharian, lapangan kerja, kesehatan, pendidikan, lingkungan hidup, perumahan dan sanitasi, keamanan, dan sebagainya, sebagai bagian dari pemenuhan hak-hak dasar warga negara yang tak boleh ditunda atau dikurangi dengan alasan apapun (non derogable rights) (halaman xv). Tersimpul, demi belajar dari kesalahan, bangsa ini perlu segera mendorong dan memantapkan sistem manajemen bencana integratif dan holistic dengan dukungan kerangka kebijakan, hubungan antarstruktur, dan pengembangan teknologi serta komunikasi yang baik, cepat dan tepat. Warga menjadi aktor utama yang harus diperankan dalam mengolah kebijakan publik ini (halaman 14-20).
No comments:
Post a Comment
Silahkan Berpendapat