Kolom Hikmah Republika edisi 25 Maret 2015
Sunday, 29 March 2015
Tuesday, 17 March 2015
Saturday, 14 March 2015
Keteladanan Hidup Suci para Wanita Kudus
Resensi dimuat di Koran Jakarta edisi Sabtu 14 Februari 2015
Judul : Lima Kuntum Bunga Gereja
Penulis : A Sudiarja
Penerbit : Kanisius
Cetakan : Januari 2015
ISBN : 978-979-21-4174-0
Di tengah pergolakan dan pergulatan hidup yang semakin liar dan sesak, buku Lima Kuntum Bunga Gereja bisa jadi |"udara segar." Buku merupakan renungan atas lima tokoh perempuan suci Gereja yang memancarkan spirit inspirasi dan cahaya keteladanan umat. Mereka adalah Santa Teresia, Santa Bernadette, Santa Teresa, Santa Katerina, dan Ibu Teresa. Mereka konsisten menjadi pribadi sederhana, penuh kasih, dan lepas dari prasangka. Mereka menggambarkan penerapan etos ilahiah dalam kehidupan di dunia fana ini.
Santa Teresia menjadi lambang bukti cinta pada sesama dengan fokus hanya kepada Yesus. Narasi cinta tersebut bisa dibaca lewat karyanya berjudul Confessiones. Tulisannya itu merupakan ungkapan yang jujur dari gejolak jiwanya, seamsal buku bertajuk sama karya Santo Agustinus. Tetapi Teresia lebih cair, tidak meramu tulisan jadi pemikiran teologis (hal 8).
Monday, 9 March 2015
Friday, 13 February 2015
Kesederhanaan Yesus sebagai Alternatif Hidup Modern
Resensi dimuat di Koran Jakarta edisi Jum'at 13 Februari 2015
Judul : Teologi Jalan Tengah
Penulis : T Tri Harmaji
Penerbit : Yayasan Taman Pustaka Kristen Indonesia
Tahun : Desember 2014
Tebal : xii + 312 halaman
ISBN : 978-602-178-83-49
Buku Teologi Jalan Tengah ini sejatinya menjadi jawaban atas kegagalan pola hidup manusia era modern dan postmodern. Tak heran, buku lebih menguraikan historisreflektif. Sebelumnya, dijabarkan ada dua teologi yang sampai saat ini menjadi andalan Gereja dalam menjawab realitas sosial ekonomi: Teologi Pembebasan dan Teologi Kemakmuran. Namun karena konteks yang telah berubah, kedua teologi itu semakin dianggap kurang relevan.
Seperti terlihat dari konteks kemunculannya, teologi kemakmuran lebih relevan untuk menanggapi sebuah resesi ekonomi. Sementara teologi pembebasan lebih cocok untuk mengkritisi para penguasa tiran. Nah, di era demokrasi dan kemajuan ekonomi sekarang, Gereja ditantang memetakan kembali persoalan dan kemudian menciptakan sebuah teologi baru yang relevan.
Wednesday, 28 January 2015
Thursday, 22 January 2015
Tantangan Indonesia Menjaga Multikulturalitas
Resensi dimuat di Koran Jakarta edisi 21 Januari 2015
Judul : Multikulturalisme, Kekayaan, dan Tantangan di Indonesia
Editor : A Eddy Kristiyanto & William Chang
Penerbit : Obor
Tahun : 2014
Tebal : 192 halaman
ISBN : 978-979-565-712-5
Bangsa dan negara Indonesia sejatinya dikandung dan dilahirkan dari rahim multikulturalisme. Buktinya, dalam mempersiapkan kemerdekaan, peserta sidang BPUPKI dan PPKI berasal dari kalangan yang berbeda-beda, baik latar daerah, etnis, pendidikan, agama, ideologi, dan falsafah hidup. Kendati begitu, mereka melebur menjadi Indonesia, memakai bahasa Indonesia, dan berdiskusi gayeng merumuskan falsafah bangsa Indonesia. Persemaian toleransi dan kebersamaan yang dibangun saat itu menjadi embrio dasar fondasi kuat multikulturalisme.
Buku antologi berjudul Multikulturalisme ini mengulas pemikiran tentang multikulturalisme dalam konteks situasi konkret Indonesia kini. Refleksi-refleksi teologis dan pemikiran-pemikiran segar yang dilontarkan sangat menantang cara kita menjadi Indonesia. Sebagai awalan dijabarkan bahwa multikulturalisme menunjuk pada keberadaan bersama (coexistence) sejumlah pengalaman kultural yang berbeda dalam sebuah masyarakat. Sejak Konsili Vatikan II, telah didengungkan istilah kultur, sebagai kanal dialog yang elegan. Konsili Vatikan menekankan konsep kultur sebagai unsur terpenting dalam menjembatani pemahaman Katolik tentang iman dan tradisi yang berakar dalam humanisme Kristiani.
Friday, 9 January 2015
Wednesday, 7 January 2015
Berpolitik dengan Kasih Kristiani
Resensi dimuat di Koran Jakarta edisi 7 Januari 2015
Judul : Spiritualitas Politik, Kesucian Politik dalam Perspektif Kristiani
Penulis : Paulinus Yan Olla
Penerbit : Gramedia
Tahun : 2014
Tebal : 198 halaman
ISBN : 978-602-030-268-3
Orang Kristiani dalam sejarahnya terbelenggu selama berabad-abad sebelum menemukan nilai positif politik seperti diinspirasikan Alkitab. Belenggu sejarah itu datang dari kenyataan bahwa kelompok umat Kristiani sejak kelahirannya berada di bawah kekuasaan yang menindas. Di sana berkembang sikap negatif terhadap politik dan kekuasaan. Politik dijauhi karena idealisme kehidupan rohani adalah keterpisahan dari dunia. Banyak penguasa politik entah sebagai raja, ratu, maupun pangeran di zaman lalu meninggalkan panggung politik dan berusaha mencari kesucian hidup di biara-biara religius (hal 13). Padahal sejatinya, spiritualitas politik lahir serta dibentuk dalam ruang dan waktu, di setiap tempat sejak awal Gereja. Umat Kristiani selalu secara langsung maupun tidak terlibat dampak kehidupan politik. Dalam sejarah kekristenan, bentuk-bentuk relasi gereja dan politik telah diwujudkan secara berbeda. Politik dilihat sebagai jalan yang dapat membawa pada kesucian (hal 51). Kesadaran ihwal politik sebagai jalan kesucian baru berkembang sekitar tahun 1900-an. Ada kesadaran bahwa politik bukan medan yang harus dihindari. Kesadaran tentang pentingnya aktivitas politik bagi umat Kristiani semakin tumbuh setelah Konsili Vatikan II yang melihat pentingnya teologi kesadaran kenyataan-kenyataan duniawi (hal 68). |
Subscribe to:
Posts (Atom)