Resensi dimuat di Bisnis Indonesia edisi 21 Oktober 2012
Judul
Buku : Doktrin Agama Syekh’ Abd
Al-Karim Al-Bantani, Dalam Pemberontakan Petani Banten
Penulis : Hendri F. Isnaeni
Penerbit : Kreasi Cendekia Pustaka, Jakarta
Tahun : 1, September 2012
Harga : RP 37.500,-
Tebal : x + 118 halaman
ISBN : 9786021998731
Di
Indonesia, eksistensi gerakan dan perlawanan petani tumbuh sejalan dengan
kebijakan liberalisasi ekonomi pemerintah Hindia Belanda tahun 1870. Gerakan
kapitalisme cultuurstelsel menyaratkan tumbal tanah dan keringat rakyat
jelata. Petani pribumi dipaksa untuk bertani tanaman komoditas pasar dunia
seamsal cengkeh, cokelat, kopi, sawit, tembakau dan lainnya. Nahasnya, mereka
wajib kerja suka rela tanpa upah setara, dengan ancaman pidana kolonial.
Tekanan modernisme disertai gerakan ekonomi dan politik kapitalis, memerosokkan
mental rakyat jajahan, dari ekonomi, sosial, politik, budaya, budaya, hingga
agama. Dari sisi psikologis, meninggilah emosi perlawanan rakyat. Wajar, bila
kala itu di Banten, banyak meletus pemberontakan pada otoritas kolonial.
Buku
ini mendedahkan seluk-beluk dan rekam-jejak perlawanan petani Banten tahun 1888
yang berhasil mengejutkan dan menawan para petinggi kolonial. Akan tetapi,
karena aksi perlawanan ini tanpa strategi militer yang jitu, akhirnya mampu
diredam tentara Hindia Belanda. Fokus buku ini meneropong relasi perlawanan
petani dengan legitimasi doktrin agama yang didakwahkan Syekh Abd Al-Karim
Al-Bantani. Tesis Hendri menegaskan, meski Banten sedari dulu dikenal dengan
tradisi kanuragannya, tidaklah mungkin berani memberontak kecuali didorong
spirit tarekat agama.
Tarekat
Qadiriyyah-Naqsabandiyah yang dibawa Syekh Abd Al-Karim menandai sebuah
gebrakan efektif untuk memobilisasi massa, mengorganisasi gerakan, serta
mengajarkan indoktrinasi ihwal cita-cita kebangkitan agama (hlm. 4). Tercatat
pada 8 Juli 1888, sebuah arak-arakan para petani, santri dan kyai meramaikan
jalanan Cilegon. Siapa sangka bila arak-arakan bermusik rebana dan bersorban
putih ini lantas menuju ibukota afdeling Anyer untuk melancarkan aksi
perlawanan pada kolonial? Inilah puncak perlawanan terbesar yang didukung
doktrin ajaran Syekh Abd Al-Karim, jihad fi sabilillah. Sontak saja,
paska perlawanan itu, pemerintah koonial langsung memberedel dan mengawasi
gerakan-gerakan tarekat dan agama.
Buku bergenre riset sejarah ini ditulis secara
sistematis-akademis kedalam empat bagian, dimana penulis berporos pada riset
kepustakaan dengan pendekatan sejarah dan filsafat. Selain itu, riset ini
berpijak dari disertasi sejahrawan Sartono Kartodirjo yang menyimpulkan bahwa
pemberontakan petani Banten ditentukan
banyak faktor yang kompleks. Ditambahi dengan penelitian Snouck Hurgronje ihwal
jati diri Syekh Abd Al-Karim yang kembali dari Arab membawa ajaran tarekat
Qadiriyah-Naqsabandiyah.
No comments:
Post a Comment
Silahkan Berpendapat