Labels

Sunday, 16 September 2012

Telaah Ekonomi Kaum Miskin

Resensi dimuat di Bisnis Indonesia edisi 16 September 2012
http://epaper.bisnis.com/index.php/?OldID=32

Judul Buku     : Tenggelam dalam Neoliberalisme?
Penulis            : Bagus Aryo
Penerbit         : Kepik, Jakarta
Tahun             : 1, Juni 2012
Tebal              : xvi + 240 halaman


Paska krisis moneter 1997, Indonesia terseret pada gelombang ekonomi neoliberal. Dana bantuan IMF dan Bank Dunia mensyaratkan Indonesia mengamini resep privatisasi dan deregulasi. Tak ayal, kebijakan sosial-ekonomi pun bersandar pada paradigma neoliberal sebagai solusi mengatasi krisis ekonomi dan kemiskinan. Dampaknya  adalah pemberian akses masuknya modal asing seluas-luasnya dan pemangkasan subsidi (bensin, pupuk, pangan dll.), dengan kata lain perekonomian yang dalam dekade Orde Baru dilindungi pemerintah, kini sudah dilepas ke pasar global.


Sayangnya, paska neolib berjalan, harapan tercipta pekerjaan baru untuk kaum miskin masih minim. Kalaupun ada, gaji yang diberikan masih jauh dibawah standar pemenuhan kehidupan. Nahasnya, akibat permainan importir elite, produk pertanian dan industry rakyat jeblok karena kalah saing. Wajar saja bila kemiskinan masih membeludak.  Diduga ada sistem pemiskinan terstruktur dari kongkalingkong birokrat, legislatif, dan investor. Buku karya Bagus Aryo ini berusaha mengelaborasi penetrasi ideologi pasar dalam penanganan kemiskinan. Urgensi laporan penelitian ini sebagai jawaban atas berkelindannya pemerintahan neoliberal dan implementasi program di akar rumput.


         Catatan apik dari buku ini adalah, kemunculan sistem keuangan mikro yang dianggap  menjadi “penolong” kaum miskin. Keuangan mikro tradisional memang mengakar kuat dan mentradisi dalam sejarah Indonesia, seamsal arisan, lumbung beras desa, jimpitan (pengumpulan dana sukarela untuk kegiatan sosial). Ikhtiarnya adalah memelihara kohesi sosial, mengembangkan ekonomi masyarakat, dan menolong mereka yang paling membutuhkan (hlm.19-20).

Gerakan neoliberalisme yang berkamuflase dengan strategi pengentasan kemiskinan pada akhirnya dianggap gagal karena menyudutkan fakir miskin ke dalam lembah piutang yang menganga. Tak ayal, Bagus Aryo mengadopsi kerangka pikir Governmentality ala Michael Foucault (1926-1984) dan bersandar pada studi kasus kualitatif keuangan mikro BMT Kube, berkesimpulan bila urgensi keuangan kaum papa masih fluktuatif dan tereduksi kebijakan pasar global yang terus menghimpit. 

Karena itu, efek domino yang memuai berimbas pada tingkat materialisme dan neraca kerja-keuangan fakir miskin guna menyukupi kebutuhan hidupnya. Kalaupun ini terus berlanjut niscaya kaum papa mengabadi.

Muhammad Bagus Irawan,  Idea Studies IAIN Walisongo Semarang


No comments:

Post a Comment

Silahkan Berpendapat