Resensi Buku di Harian Analisa edisi 6 Juni 2014
Sunday, 15 June 2014
Tuesday, 10 June 2014
Thursday, 5 June 2014
Keteladanan Sejati sang Pangon
Tulisan ini dimuat di Koran Jakarta edisi 31 Mei 2014
Judul : Sang Pangon, Justinus Kardinal Darmojuwono
Penulis : Rusmanto, Pr
Penerbit : Kanisius, Yogyakarta
Tahun : 2014
Tebal : 196 halaman
ISBN : 978-979-21-3661-6
Di Indonesia, tokoh ini tak begitu dikenal. Namun, siapa sangka bakti luhur dan budi pekertinya disegani dunia. Dialah Justinus Kardinal Darmojuwono. Dia adalah kardinal pertama Indonesia. Tak seperti laiknya tokoh protagonis yang populis, hanya ada satu buku memoir yang mengulas kehidupannya, karya J Hadiwikarta, 27 tahun silam.
Kini, lewat buku karya Rusmanto ini, umat Kristiani Indonesia diajak kembali menengok sekaligus mengambil hikmah perjuangan dan lika-liku kehidupan Sang Pangon. Kehadiran buku ini menjadi penting untuk meruwat narasi historis Keuskupan Katolik di Indonesia (halaman 2).
Imin, atau Djamin nama panggilannya, dilahirkan pada 2 November 1914 di kampung Klewonan Godean, Yogyakarta. Anak sulung pasangan Surodikiro dan Ngatinah ini sejak anak-anak sudah punya visi laku prihatin. Kehidupan keluarganya sederhana, membentuk Imin dan adik-adiknya terbiasa kerja keras.
Imin, atau Djamin nama panggilannya, dilahirkan pada 2 November 1914 di kampung Klewonan Godean, Yogyakarta. Anak sulung pasangan Surodikiro dan Ngatinah ini sejak anak-anak sudah punya visi laku prihatin. Kehidupan keluarganya sederhana, membentuk Imin dan adik-adiknya terbiasa kerja keras.
Belajar dari Pesan-pesan Asketisme Yesus
Judul Buku : Kezuhudan Isa Al-Masahi dalam Literatur Sufi Suni Klasik
Penulis : Hasyim Muhammad
Penerbit : Rasail
Terbit : Februari 2014
Tebal : xx+364 halaman
ISBN : 978-979-1332-71-2
Sebagian bangsa ini terperosok dalam krisis akhlak dan spiritualitas. Krisis melanda pelajar, pengangguran, pedagang, pengusaha, hingga pejabat. Lihat saja, media saban hari menyiarkan kasus narkoba, tawuran, seks bebas, perkosaan, prostitusi, pembunuhan, perampokan, jual-beli hukum, biaya politik tinggi, dan korupsi.
Hiruk-pikuk kejahatan itu menyisakan keprihatinan lantaran terkikisnya keimanan pada Tuhan dan solidaritas antarsesama. Negeri ini kehilangan kultur dan spirit hidup yang adil, makmur, harmonis, dinamis, dan gemah ripah loh jinawi. Sebaliknya, bangsa masuk dalam kehidupan pragmatis berbasis uang. Hidup sekadar mencari uang sebanyak-banyaknya sehingga menempatkan yang kaya sebagai penguasa, si miskin budak tertindas.
Sepatutnya, rakyat menata ulang cara pandang terhadap kehidupan dunia yang hanya tempat singgah sementara sehingga harus dimanfaatkan untuk berbuat kebaikan. Pandangan hidup seamsal ini sering disebut asketisisme atau zuhud. Ini paham kesederhanaan, kejujuran, dan kerelaan berkorban.
Subscribe to:
Posts (Atom)