Judul : 7 Pengalaman Iman dari 3 Negara
Penulis : RF Bhanu Viktorahadi Pr
Penerbit : Kanisius
Tahun : 2014
ISBN : 978-979-21-4050-7
Buku 7 Pengalaman Iman dari 3 Negara ini bukan sembarang catatan perjalanan seperti lainnya yang terserak di rak. Keistimewaan karya ini terletak pada setiap inspirasi dan petikan keimanan dari momentum rihlah yang dilakoni penulis. Bhanu Viktorahadi, seorang imam diosesan Keuskupan Bandung, mengawali perjalanannya dari Roma.
Setting buku memang diangkat dari pengalaman pribadi penulis tatkala menjalani tugas studi Kitab Suci di Roma dalam kurun 2001-2005. Ikhtisar buku bisa mengantarkan pembaca pada relung keimanan yang hakiki. Keimanan berbasis kesalehan sosial yang tinggi. Jadi, bukan keimanan semu karena terperangkap godaan kehidupan individualisme dan materialisme.
Gaya penulisan reportase dan diary yang dipakai Bhanu memudahkan pembaca berimajinasi mendeskripsikan kisah perjalanannya yang unik. Buku ini secara format terbagi ke dalam tujuh bagian. Pada tiap bagiannya, Bhanu piawai mengemas suasana dalam cerita-ceritanya, mulai dari catatan ringan, diikuti dengan fenomena, dan problematika sosial sebagai acuan pelajaran. Kemudian, disudahi dengan petikan hikmahnya.
Misalnya, dalam “Mendahului Matahari Menuju Kota Abadi”, mulamula Bhanu berkisah tentang pertama kali menginjakkan kaki di Kota Roma. Dia langsung menjelajahi kota yang akan menjadi persinggahan studinya. Dia berkisah tentang pemandangan alam sekitar, keindahan arsitektur, kebudayaan ilmiah, dan penghormatan pada waktu yang dijunjung tinggi masyarakat Roma.
Uniknya, pada kesempatan lain, Bhanu melihat fenomena pelacuran yang marak, di kawasan kumuh, dekat dengan Basilica San Pietro. Dari analisis reportasenya, Bhanu akhirnya dapat informasi bahwa para pramuria tersebut sengaja berdemo, menentang keputusan Vatikan yang menolak keberadaan lokalisasi dengan alasan apa pun karena efek bahaya dan dosa yang ditimbulkannya sangat besar. Maka, Paus pada bulan Mei 2002, membuka pengampunan dosa sekitar 500 pramuria, agar mereka beralih profesi, dan kembali menjalani keberimanan sesuai nilai-nilai moralitas dan religius (hal 15-16).
Bhanu juga merekam gemuruh Kota Roma tatakala berlangsungnya Piala Dunia 2002.
Suasana kota diwarnai bendera tim Italia dan poster-poster pemain pujaan. Gegap gempita sepak bola menjadi magnet besar masyarakat Italia. Tak ayal, ketika kesebelasan Italia bermain, mendadak kota menjadi senyap. Jalanjalan sepi. Kantor dan sekolah diliburkan. Mereka mendadak lupa segalanya, Gereja. Ketika tim Italia dikalahkan Korea Selatan di babak perempat final, keadaan kota mendadak menjadi buas.
Orang-orang Korea dan negara lainnya yang berada di Roma, termasuk Bhanu, menerima getahnya, sepanjang bulan di-bully (hal 30-31).
Selanjutnya, dalam judul “Kisah di Negeri Daun Mapel”, Bhanu mengisahkan bagian kedua perjalanannya tatkala menapaki tanah Vancouver di Kanada. Ada petikan hikmah yang diperoleh, yakni soal gaya hidup individualis yang menggejala. Ketika Bhanu ditugasi memimpin misa requiem, dia terkejut melihat umat hanya dua orang. Mereka adalah suami yang terbujur kaku dan istri yang menungguinya. Padahal, pasangan suami-istri tersebut memiliki anak-anak dan sanak keluarga, namun mereka seakan tak peduli untuk sekadar hormat terahir kalinya pada almarhum. Hal ini tak disangka Bhanu karena predikat kota yang menduduki peringkat teratas untuk kategori yang paling nyaman ditinggali. Maka, dalam setiap episode penggembalaan, Bhanu menyuarakan gaya hidup individualis-materialis berdampak negatif pada keimanan sosial (hal 33-34).
Ada satu kisah yang paling menarik bagi Bhanu dalam judul “Masuk Sarang Mafia”.
Bhanu, sebelum menapaki Sisilia, memang sudah banyak membaca novel Amerika. Sewaktu Bhanu berkesempatan mengunjungi pusat markas mafia, dia tercekat menemui wajah-wajah religius. Mereka menyambutnya dengan hangat dan ramah (hal 112-114). Bhanu pun memetik hikmahnya, keimanan hadir dari lubuk hati terdalam. Dia tak bisa disangkal dan dikebiri dengan kejahatan lahiriah yang merusak sendi-sendi religiositas dan norma sosial. (Muhammad Bagus Irawan)