Dimuat di Harian Malang Post edisi Minggu 26 Februari 2012
http://www.malang-post.com/index.php?option=com_content&view=article&id=43608:mengasakan-arti-kehidupan&catid=50:resensibuku&Itemid=81
Menaklukkan Dunia
Penulis : Nick Vujicic
Penerbit : Gramedia Pustaka Utama, Jakarta
Tahun : 1, Mei 2011
Tebal : 272 halaman
Harga : Rp 55.000,-
Melihat cover buku, saya cukup simpati dan terkesima dengan foto penulis
yang begitu cerah menjalani hidup. Namanya adalah Nick Vujicic, seorang
biasa yang terlahir tanpa tangan dan kaki. Bisa dibayangkan, bagi Nick,
betapa kehidupan dunia adalah perantara yang sepele dan mudah
ditaklukan, asal kita mau menekuni dengan kesungguhan hati.
Dunia, yang secara nyata dapat dinilai dan dilihat sebagai keutuhan
alam, dimana kehidupan senantiasa berputar dengan segala kesenangan dan
kepahitannya, gelanggang dimana manusia dilepas untuk memainkan peranan tertentu yang dipilihnya. Walaupun tak jarang kondisi manusia itu dikaruniai ketidaksempurnaan
fisik, namun dengan keutuhan mental dan jiwa, semangat menjalani hidup
terasa sama saja, bahkan melebihi manusia yang dikaruniai fisik
sempurna.
Buku berjudul “Life Without Limits: Tanpa Lengan dan Tungkai, Aku bisa
Menaklukkan Dunia” ini memang menyuguhkan kisah inspiratif yang
menggugah siapa saja yang membaca. Dikisahkan bagaimana ketika Nick yang lahir dengan kekurangan fisik tanpa adanya
kedua tangan dan tungkai mampu menjalani hidup dengan begitu antusias
dan semangat. Walhasil, ia dengan perjuangan gigihnya itu, berhasil
menjadi seorang ekonom dan motivator yang sukses.
Buku ini adalah lukisan hati dan pengalaman hidup Nick. Ia mengelaborasi
seluruh isi sebagai cerita, memoar, curhat, dan menyimpulkannya sebagai
motivasi yang lugas dan menyentuh. Dikisahkan, ketika masa kanak-kanak, Nick selalu merasa, bahwa dirinya berbeda dari
yang lainnya. “Saya selalu bergumul dalam depresi dan kesepian. Bahkan, aktu ia berusia 12 tahun, ia berniat untuk bunuh diri. Ia memang
pergi ke sekolah, tapi jiwa dan hidupnya tak ada di sana. Ia melihat
dirinya tidak laik lagi untuk hidup, dan ia begitu menyesali keadaan dirinya itu. Kemudian, tatkala ada seorang berkata semuanya
akan baik-baik saja. Nick akan membantahnya; “Bagaimana bisa, kamu tidak
tahu pahitnya hidup dan masa depanku.” Sebuah keniscayaan yang kerap
menjadi momok kedukaan.
Waulupun begitu, hari demi harinya, ia belajar untuk mengatasi situasi
sepi. Ia mulai dengan membersihkan diri sendiri, bekerja dengan
komputer, dan juga olah raga semua tanpa tangan dan kaki. Semua tuntutan
ini justru telah membuat dirinya semakin kuat. Nick pun mulai mengerti,
bahwa Tuhan telah menciptakan dirinya seperti ini seperti Tuhan sendiri
mau. “Saya menyadari, bahwa Tuhan ingin membutuhkan ku dengan kondisi tubuh
tidak utuh agar dapat menguatkan yang lainnya.” Dengan keadaannya yang
seperti itu, Nick tidak marah kepada Tuhan.
Tetapi justru sebaliknya, ia bersyukur dan berterima kasih kepada Tuhan. Buku ini menjadi penanda keterjepitan manusia menjadikannya menuai
kelapangan yang indah. “Life Without Limits” mengantar kita bagaimana
menyelami arti kehidupan yang sebenarnya. Nick menceritakan cacat fisik
dan pertempuran emosi yang dialaminya saat berusaha mengatasi keadaannya
semasa kecil, remaja, dan menjelang dewasa.
Pesan Nick bagi kita adalah bagaimana kita menemukan jati diri dan
tujuan hidup di dunia, terlepas dari segala kesulitan dan aras rintang
yang menghambat. Karena kehidupan dunia berhikmah menyelaminya dengan
penuh perjuangan dan kesyukuran. Selamat membaca..
Muhammad Bagus Irawan, pengelola Perpustakaan Rlmantingani di Asrama IAIN Walisongo Semarang.
No comments:
Post a Comment
Silahkan Berpendapat