dimuat di Koran Jakarta edisi cetak Rabu, 30 Juni 2010
Warna Investigasi Reportase
Judul : Jurnalisme Investigasi: Trik dan Pengalaman Wartawan Indonesia Membuat Liputan Investigasi di Media Cetak, Radio, dan Televisi
Penulis : Dandhy Dwi Laksono
Penerbit : Kaifa, PT Mizan Pustaka
Tahun : 1, Juni 2010
Tebal : 436 halaman
ISBN : 978-979-1284-61-5
Harga : RP 59.000,-
Investigasi laksana seks, lebih cenderung dipraktekkan ketimbang hanya sebagai wacana. Bak film Detective Conan, investigasi lebih dikenal sebagai proses pemecahan sebuah misteri atau kasus yang dilakukan dengan teknik pengamatan, pengintaian, penyelidikan, bahkan penyamaran, dan uji laboratorium. Namun berbeda dengan investigasi dalam kepolisian, investigasi dalam jurnalisme memiliki kadar kedisiplinan dan batasan kode etik yang jelas.
Buku karya Jurnalis Terbaik Jakarta (2008) untuk liputan investigasi Pembunuhan Munir dari Aliansi Jurnalis Independen (AJI) ini, mencoba menelisik lebih dalam ihwal jurnalisme investigasi di Indonesia. Dhandy berkutat keras meramu berbagai konsep investigasi dengan pengalaman-pengalaman pribadi dan para rekan wartawan lain sebagai jurnalis investigasi. Menjadikan buku ini menjadi barang langka yang dinantikan kehadiranya.
Dalam buku ini terdapat 7 bab pembahasan. Dalam bab pertama, Apa itu Investigasi ?, penulis tidak lantas berlama-lama mengurai panjang lebar arti dan makna, akan tetapi lebih dijelaskan dengan studi kasus para jurnalis investigasi dalam berbagai media massa. Sehingga muncul perspektif yang kaya untuk sebuah interpretasi gagasan. Semisal; gagasan wartawan bukan polisi (hal 44).
Dalam bab berikutnya dikupas dalam mengenai modal-modal yang wajib dipenuhi dalam liputan investigasi yang dibagi dalam tiga fragmen besar; kemauan, ketekunan, dan keberanian. Fragmen ini juga perlu menjadi komoditi utama media massa Indonesia. Sering kali ditinggalkan, sehingga liputan jurnalisme lebih condong ke arah sporadis—tidak konsisten.
Untuk selanjutnya penulis memfokuskan pembahasan yang aplikatif. Langsung mengupas tuntas teknik-teknik peliputan investigasi, mengungkap bagaimana menyamar dan memburu narasumber kasus-kasus berat, semisal kasus; pembunuhan aktivis HAM, pembalakan hutan, penyidikan korupsi, dan lain sebagainya. Dirasa bersilat lidah, karena hampir semua karya jurnalis Indonesia tak layak menyandang label reportase investigasi.
Penulis menggaris bawahi hal ini lebih disebabkan faktor; Vested Interest pemilik media,kurangnya sumber dana, ketidaktahuan akan arti strategisnya liputan investigasi dalam ranah negara demokratis. Barulah mulai liputan “Bakso Tikus” Trans TV yang menghebohkan di tahun 2006 laik dilabeli liputan investigasi. Kemudian diikuti media massa lain membentuk warna tersendiri bagi Jurnalisme Investigasi di Indonesia.
Selain itu, penulis mencatat perkembangan jurnalisme investigasi kita saat ini cukuplah baik. Kejurnalisan kita mulai menemukan jati diri sesuai ekses kultur di Nusantara. Walaupun masih ada sisi negatif arus barat, namun kemajuan yang diraih patutlah diacungi “jempol”. Hal ini tidak lain karena nilai positif dari semua pihak yang telah mendukung.
Membaca buku ini, akan begitu berdampak membangun bagi dunia kejurnalisan Indonesia, khususnya dalam liputan investigasi. Disini penulis cukup lihai menjadikan buku ini enak dibaca bak novel mengalir dengan bahasa yang renyah, dan cerita sarat dengan makna. Banyak tips yang dijabarkan. Buku ini cocok dibaca bagi siapa saja yang ingin mengenal lebih dalam ihwal Jurnalisme Investigasi.
Peresensi adalah Muhammad Bagus Irawan, pimpinan Jepara Pena Club, mahasiswa FUPK IAIN Walisongo, Semarang.
CP : 085865414241